you are a workaholic , aren't you ?

by 2:48:00 PM 0 komentar

Ciri-ciri seorang workaholic:
1. Seorang workaholic punya obsesi untuk selalu menyibukkan dirinya.
Artinya, ia terpaku pada keinginan untuk selalu sibuk. Orang ini sebenarnyaa berada dalam kecemasan tinggi dan selalu dikejar oleh perasaan ada hal penting uang harus segera dikerjakan. Kalu toh, secara nyata tak ada yang jarus ia kerjakan, dengan segera, ia akan mencari-cari kesibukan lain yang bisa “memelihara” kecemasannya tadi !

Biasanya mereka punya beberapa tanggung jawab sekaligus dan menikmati sekali kalau lingkungan mengatakan, “Wah, bagaimana ya membagi waktunya?” Kenyataaan ini akan menjadi makinparah, kalau ia juga memiliki kecenderungan perfeksionis yang besar, karena selain sibuk, ia juga ingin kesempurnaan dalam segala detail pekerjaan yang ia tangani.

Salah satu hal yang paling menonjol pada dirinya, adalah ia selalu merasa, waktu luang adalah sama dengan “buang-uang waktu saja”. Karena ia cenderung mempertahankan tempo kerja tinggi, orang lain di lingkungannya akan dengan mudah dilihatnya seperti kura-kura saja. Akibatnya, muncullah sifat tidak sabar pada lingkungannya.

Sebagai ayah, ia adalah ayah yang pemarah karena anaknya setiap pagi lamban menyiapkan diri ke sekolah. Marah pada istri yang berdandannya lama (padahal nebeng mobil suami) dan berang pada penjaga pompa bensin yang lamban mengisi tangki bensinnya. Marah, tergesa-gesa, dan tidak mau membuang waktu tanpa melakukan apa-apa! Begitulah ciri pertama si workaholic.

2. Seorang workaholic punya kebutuhan untuk mengontrol semua hal.
Ia lebih suka mengerjakan segala sesuatu seorang diri, sebenarnya. Lazimnya karena ia memang bekerja lebih keras dari para pekerja lainnya. Ia akan dengan segera menduduki posisi manajerial. Di sini akan segera terlihat, sukar sekali baginya mendelegasikan tugas pada orang lain. Ia merasa akan lebih efisien kalau pekerjaan dilakukan seorang diri. Maka, bila diminta bekerja dalam tim, biasanya, ia akan kurang mampu menyesuaikan diri dengan kelompoknya.

3. Hanya puas dengan kesempurnaan
Bila Anda harus bekerja sama dengannya, jangan berharap ia mudah puas akan hasil pekerjaan Anda! Kritik mereka biasanya “merembet” ke hal-hal kecil dalam pekerjaan ataupun diri Anda. Sebagai pasangan hidup kritiknya pun cenderung pada hal-hal kecil yang untuk orang kebanyakan sebenarnya sepele saja, tetapi untuknya lalu terlihat penting sekali.

Karena ia sendiri menetapkan standar yang tinggi untuk keberhasilan tugasnya, dapat diduga kalau ia tak mudah puas dengan apa yang telah dicapai oleh teman sekerja ataupun bawahannya. Makanya ia selalu menuntut orang untuk menampilkan kinerja sebenarnya kriterianya tidak realistik.

4. Seorang workaholic biasanya sukar menjalin hubungan yang mendalam dengan orang lain.
Walaupun tahu bagaimana cara mempertahankan minta dan daya juang untuk mencapai cita-cita pekerjaannya, biasanya ia sudak tak punya “daya” untuk mempertahankan kelangsungan kehangatan dan kedalaman hubungan dengan istri, teman dekat, dan orang-orang terdekat di lingkungannya.

Lebih mendasar lagi, yang ada dalam benak seorang workaholic adalah kepercayaan di dasar hatinya, ia memang tak bisa bersandar, atau mengharap pada siapa pun di dunia ini, kecuali pada dirinya sendiri! Pada awalnya, kita bisa saja melihatnya sebagai individu yang agak-agak “misterius” atau penyendiri. Tetapi setelah kita bergaul cukup mendalam, segera terasa sesungguhnya ia memang dingin dan sukar menjalin komitmen (keterikatan) yang didasari oleh perasaan kesetaraan (perasaan ia memiliki “derajat” yang sama dengan orang lain karena ia memang merasa “lebih dari orang lain”).

Kondisinya berdampak paling serius terhadap ikatan erkawinan (atau pacaran) karena biasanya ia memandang CINTA sebagai sesuatu yang tidak ada granisnya (bahwa kalau tidak ada garansi tertentu. Ia akan juga mendapat sejumlah itu dari pasangannya). Karena itulah, secara tidak sadar, ia selalu membentengi dirinya agar tidak terlalu dalam terlibat dalam mencintai orang lain.

Padangan hidupnya biasanya kan merasakan gejala ini sebagai perasaan dengannya karena ia sebenarnya “takut” kehilangan kontrol atas dirinya kalau ia terlibat terlalu dalam dengan pasangan hidupnya.

sumber: bit.ly/Zx4PTY

Bagaimana Cara Mengatasinya ?

1. Menetapkan batasan jam dan perhatian Anda pada pekerjaan. Hidup Anda tidak hanya untuk bekerja. Perusahaan juga tidak menginginkan Anda menjadi penghuni tetap kantor.

2. Carilah waktu yang tepat dan berkualitas untuk hubungan pribadi dan hiburan. Setiap manusia tidak pernah bisa hidup sendiri tanpa bantuan dan perhatian dari orang lain. Cobalah untuk bersosialisasi di luar lingkungan kantor.

3. Gunakanlah kreatifitas Anda untuk mencapai prestasi selain bekerja. Kembangkan wawasan Anda, banyak ilmu yang bisa Anda dapatkan dari lingkungan sekitar Anda. Mungkin ilmu tersebut nantinya dapat menunjang pekerjaan Anda juga.

4. Pekalah terhadap kebutuhan keluarga dan teman-teman Anda. Jangan sampai Anda mendapat sebutan ‘habis manis sepah dibuang’ karena Anda hanya kembali ke keluarga atau pun teman dikala Anda sedang susah, jika Anda sedang dalam keadaan senang Anda kembali disibukkan oleh pekerjaan.

5. Berolahragalah untuk kesehatan Anda. Terlalu banyak bekerja akan menimbulkan efek yang tidak baik bagi tubuh. Lakukanlah olahraga kecil saat bangun tidur jika Anda tidak memiliki waktu khusus olahraga di luar.

6. Terbuka dan jujur terhadap orang lain. Orang-orang di sekitar Anda akan bersedia menjadi pendengar yang baik untuk Anda. Itu lah salah satu fungsi dari bersosialisasi.

7. Menyadari bahwa kita ini manusia biasa yang mempunyai kelemahan dan kelebihan. Tidak ada manusia yang sempurna. Segiat apa pun Anda bekerja pasti akan tetap ada kekurangannya. Yang penting Anda sudah berusaha semampu Anda. Jangan pernah memaksakan diri untuk menjadi sempurna.

8. Meningkatkan sisi rohani kita dengan banyak berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ketika kita mencapai keseimbangan gaya hidup, kita akan lebih mudah mencapai ketenangan batin yang kita perjuangkan untuk kepentingan orang-orang yang kita cintai.

sumber: bit.ly/Zx50i5

0 komentar:

Posting Komentar