Dia, aku, dan kami.

by 1:40:00 PM 0 komentar

Hari ini kota Bandung hujan deras, siang yg terik drastis menjadi basah. Sama ketika malamnya, hati ini deras dipenuhi air kebencian. Benci terhadap semua perkataannya yg ditangkis oleh seseorang dikepalaku. Aku membenci keduanya. Arogan. Egois. Lalu, dmn pembelajarannya? Mual. Dine malam ini kusia-siakan. Bukan uangnya, namun rejeki dari Tuhan, Allah. Sedih. Tuhan tak salah apa2pun kukecewakan, aku bukan hamba yg baik. Bahkan dalam menghabiskan rejeki dariNya :( miris!! Kubiasakan untuk tidak menyalahkan/ memasukkan oranglain dalam dosaku, karena dalam hr penentuanpun nanti aku sendirian. Dilema malam ini, keterlaluan. Sampai membuatku nyaris naik pitam. Muak! Kenapa tak sekalian sj tonjok mukaku, hanya beberapa sentimeter dari mukaku, dia nyaris melakukannya dg tangannya. Fungsiku sebagai cerminnya, mungkin menyiksanya. Nyaris setahun ini, aku tau dy dalam pembelajarannya, begitupun aku. Namun fase yg dia jalani, mungkin aku sudah lama alami. Aku dulu juga ringan tangan, teman2ku kadang kupukul. Tp itu sangatlah konyol. Beruntungnya aku, teman2ku tau, aku tak berniat menyakiti, aku hanya bingung harus merespon apa, maka kinetikku bekerja. Beruntungnya diriku memiliki teman2 yg seperti mereka, tau bagaimana jeleknya akupun, mereka tetap senyum dan membuka pelukan hangat ketika aku sedih, sampai sekarang. Balik lg, seseorang yg nyaris menonjok mukaku malam ini, sepertinya tak sadar bahwa akupun bisa sedih, tersinggung, kecewa, dan perasaan lain. Mungkin karena aku biasa terdiam, kalem, dan menghindar jika dia sedang emosi. Bukan apa2, buat apa menyebar bensin pada api? Biarlah waktu mengobati. Baru kuberi antibiotik agar tak infeksi. Perlahan. Fungsiku kedua adalah sebagai healer. Penyembuh. Pandaoni, bahasa batak, katanya.

Aku rindu saat2 dimana aku menyadari fungsi2 manusia terhadap manusia lainnya. Sakit, senang, dll manusia memang wajar merasa hal2 tersebut. Namun kontrolnya, ada pd iman thd Tuhan, Allah. Jika aku tak malu pd Tuhan dan dosa2ku, mungkin td aku menangis layaknya anak kecil. Namun tidak, tidak karena aku berusaha menangisi hanya untuk dosa2ku. Malu.

0 komentar:

Posting Komentar